Saturday, October 19, 2013

Masalah dan Kenyataan Sosial pada Masyarakat Indonesia




                Masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
                Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.

Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan di indonesia terjadi bukan hanya di daerah pelosok saja, tetapi juga terjadi di daerah perkotaan yang konon menjanjikan banyak kemewahan. Hal ini terjadi karena banyak faktor, dan diantaranya adalah masalah pendidikan yang belum bisa semua masyarakat indonesia rasakan. Akan tetapi menurut survey, Kemiskinan di indonesia semakin berkurang .
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu, antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan, bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Hal ini lah yang menjadi penyebab lambannya pengetasan kemiskinan di Indonesia.

Tawuran

                Tawuran yang sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar seolah sudah tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita. Inilah beberapa contoh yang bisa kita kemukakan sebagai bukti terjadinya tawuran yang dilakukan oleh para remaja beberapa tahun lalu. Dalam hal tawuran, di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tingkat tawuran antar pelajar sudah mencapai ambang yang cukup memprihatinkan. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat, dalam satu hari di Jakarta terdapat sampai tiga kasus perkelahian di tiga tempat sekaligus
                Salah satu upaya mengurangi tawuran yang juga pernah dilakukan adalah memindahkan letak sekolah karena diduga lingkungan sekolah yang terlalu ramai di tengah kota mengakibatkan tekanan mental lebih berat bagi siswa. Pada periode 1980-an, SMA 7 Gambir, Jakarta, terlibat konflik dengan STM Boedi Oetomo Pejambon. Kemudian, pada awal tahun 1990-an, SMA 7 dipindahkan ke wilayah Karet Pejompongan untuk memutus tawuran dengan STM Boedi Oetomo.
                Ketua KPAI Maria Ulfah Anshor mengungkapkan, tradisi tawuran bisa diputus dengan menanamkan nilai-nilai kepada anak-anak di rumah. ”Keluarga mempunyai peranan penting untuk menanamkan nilai menghargai perbedaan, yang nyata dalam kehidupan dan tidak bisa dihindari. Nah, bagaimana menghargai perbedaan itu menjadi sesuatu yang positif,” kata Maria Ulfah.
                Untuk itulah, ketika melakukan mediasi antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta, KPAI juga mengundang pihak orangtua. ”Sistem pendidikan kita seharusnya juga ikut mendukung itu. Dulu ada pelajaran budi pekerti, tetapi kurikulum menghilangkannya dengan alasan sudah terintegrasi dengan pelajaran lain. Padahal, kenyataannya, nilai-nilai dari budi pekerti itu memang tidak diajarkan, hilang begitu saja,” ujarnya. 

Sumber 
http://ahnaf-home.blogspot.com/2013/01/makalah-tawuran-antar-pelajar-masalah.html
http://nadianudnoviani.blogspot.com/2012/05/masalah-sosial-di-indonesia.html
http://abdulmuchyi13.blogspot.com/2011/12/masalah-masalah-sosial-di-indonesia.html

No comments:

Post a Comment