Masalah sosial adalah suatu
ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang
membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara
unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Masalah sosial muncul akibat
terjadinya perbedaan yang mencolok antara nilai dalam masyarakat dengan realita
yang ada. Yang dapat menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial
dan bencana alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat, pemerintah,
organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain sebagainya.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah
keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti
makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan di
indonesia terjadi bukan hanya di daerah pelosok saja, tetapi juga terjadi di
daerah perkotaan yang konon menjanjikan banyak kemewahan. Hal ini terjadi
karena banyak faktor, dan diantaranya adalah masalah pendidikan yang belum bisa
semua masyarakat indonesia rasakan. Akan tetapi menurut survey, Kemiskinan di
indonesia semakin berkurang .
Pada dasarnya ada dua faktor penting yang
dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia.
Pertama, program- program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung
berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin.Hal itu,
antara lain, berupa beras untuk rakyat miskin dan program jaring pengaman
sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan
persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan tidaklah untuk pemberdayaan,
bahkan dapat menimbulkan ketergantungan.
Program-program bantuan yang berorientasi pada
kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku
masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih
difokuskan untuk menumbuhkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan
ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, program-program
bantuan sosial ini juga dapat menimbulkan korupsi dalam penyalurannya. Hal ini
lah yang menjadi penyebab lambannya pengetasan kemiskinan di Indonesia.
Tawuran
Tawuran yang
sering dilakukan pada sekelompok remaja terutama oleh para pelajar seolah sudah
tidak lagi menjadi pemberitaan dan pembicaraan yang asing lagi ditelinga kita.
Inilah beberapa contoh yang bisa kita kemukakan sebagai bukti terjadinya
tawuran yang dilakukan oleh para remaja beberapa tahun lalu. Dalam hal tawuran,
di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tingkat tawuran antar
pelajar sudah mencapai ambang yang cukup memprihatinkan. Data di Jakarta
misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus
perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan
10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar
dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15
pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37
korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban
cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat, dalam satu hari di Jakarta
terdapat sampai tiga kasus perkelahian di tiga tempat sekaligus
Salah satu upaya mengurangi
tawuran yang juga pernah dilakukan adalah memindahkan letak sekolah karena
diduga lingkungan sekolah yang terlalu ramai di tengah kota mengakibatkan
tekanan mental lebih berat bagi siswa. Pada periode 1980-an, SMA 7 Gambir,
Jakarta, terlibat konflik dengan STM Boedi Oetomo Pejambon. Kemudian, pada awal
tahun 1990-an, SMA 7 dipindahkan ke wilayah Karet Pejompongan untuk memutus
tawuran dengan STM Boedi Oetomo.
Ketua KPAI Maria Ulfah Anshor
mengungkapkan, tradisi tawuran bisa diputus dengan menanamkan nilai-nilai
kepada anak-anak di rumah. ”Keluarga mempunyai peranan penting untuk menanamkan
nilai menghargai perbedaan, yang nyata dalam kehidupan dan tidak bisa
dihindari. Nah, bagaimana menghargai perbedaan itu menjadi sesuatu yang
positif,” kata Maria Ulfah.
Untuk itulah, ketika melakukan
mediasi antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta, KPAI juga mengundang pihak orangtua.
”Sistem pendidikan kita seharusnya juga ikut mendukung itu. Dulu ada pelajaran
budi pekerti, tetapi kurikulum menghilangkannya dengan alasan sudah
terintegrasi dengan pelajaran lain. Padahal, kenyataannya, nilai-nilai dari
budi pekerti itu memang tidak diajarkan, hilang begitu saja,” ujarnya.
Sumber
http://ahnaf-home.blogspot.com/2013/01/makalah-tawuran-antar-pelajar-masalah.html
http://nadianudnoviani.blogspot.com/2012/05/masalah-sosial-di-indonesia.html
http://abdulmuchyi13.blogspot.com/2011/12/masalah-masalah-sosial-di-indonesia.html
No comments:
Post a Comment